Antologi Jejak Di Pasir
ISBN : 978-623-8637-25-6
Penerbit Alineaku
Nurlaela Aliah warisan nama dari orangtuaku orang lain biasa memanggil Lela, Aku dilahirkan disebuah desa kecil terletak di kabupaten Cirebon, tepatnya desa Ciledug Tengah (centeng) kecamatan Ciledug, disinilah aku melewati hari-hariku dengan keluarga yang sederhana. Ayah ku seorang Naib dikampungku dan ibuku seorang Ibu rumah tangga biasa yang dengan sabar dan kasih sayang membesarkan keempat anaknya.
Sebagai seorang ayah tentu saja ayahku menginginkan yang
terbaik buat anaknya kelak di kemudian hari.., agar kami bisa berpendidikan
tinggi dan mandari. Sebagai pegawai negeri gaji Naib saat itu sangatlah kecil
ditambah beras bulog dari pemerintah yang berbau karung, begitulah keadaan PNS
pada masa itu.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarga ayah beternak ayam, bebek, itik, berkebun dan
membuat empang sebagai penghasilan tambahan. Kami semua anak-anak ikut membantu ayah beternak dan berkebun, tugasku
dan sibungsu memberi pakan ternak dan
mengeluarkannya dari kandang, sedangkan tugas kakakku membantu ibu menyiapkan
sarapan dan rapi-rapi rumah. Setiap pagi menjelang sekolah aku dan sibungsu
memberi makan ternak campuran dedek bakatul ditambah kangkung atau sayuran
lainnya yang sudah dirajang lalu di taruh dibatok kelapa, begitu pula sore hari
menjelang magrib. Ada hal yang paling mengesankan disini setiap kali memberi
makan ternak asalkan saya keluar pintu membawa ember pakan, ayam, itik, dan bebek langsung mendekati kakiku
dan mengikuti kemana saya pergi, begitu juga menjelang magrib asalkan saya
membunyikan suara keuur… keurr… keur…. atau wekk…wekkkk … ayam, itik dan bebek
masuk kandang dengan sendirinya.
Suatu hari ayam peliharaanku sakit ku berinama dia siputih karena
bulunya putih semua, aku dan sibungsu merawatnya dengan cara dipisahkan dari
yang lainnya diberi obat dan vitamin setiap hari aku tengok berharap bisa
sembuh, ketika aku pergi sekolah ayah menyembelihnya, pulang sekolah saya
mencari ayam tersebut lalu menangis marah dan
kesal. Ayah meminta maaf, mulai saat itu lah saya jadi tidak suka ayam
kampung jika ibu memasak ayam teringat sama siputih.
Sebagai permintaan maaf ibu merayuku sambil membawa sepatu dan tas
sekolah baru, aku merasa senang, ibu
berkata tidak usah sedih lagi dan lebih giat lagi belajarnya. Dalam hal
pendidikan orang tuaku termasuk orang yang suport berusaha memberikan yang
terbaik bagi anaknya, ada hal selalu ku ingat sampai kini, orang tuaku ketika
menitipkan ku kepada bapak/ibu guru baik di SD, Sekolah Agama ataupun di tempat
pengajian selalu membawa bambu yang sudah di belah dan dipotong kira-kira
sebesar ibu jari panjangnya 1M sambil berkata " Saya titip anak saya untuk
belajar jika bandel pukul betisnya dengan ini" Karena itulah kami giat
belajar.
Pagi hari sebelum berangkat sekolah aku wajib menyetor 1 hafalan surat
pendek pada ayah setelah itu di beri uang jajan jika hafalanku lancar uang
sakunya bisa dua kali lipat, sekolahku
tidak jauh dari rumah, aku sekolah di SD ciledug kulon dari pagi sampai jam 12
siang setelah itu pulang makan istirahat kemudian jam 2 aku sudah harus berada
di sekolah agama milik ustadz Suryadi kira-kira 2KM dari rumah sampai jam 5
sore , Jadi izasahku ada 2 satu sekolah umum satu lagi sekolah agama, perlu di
ketahui sekolah SD pelajaran yang di ajarkan hanya pelajaran umum saja
sedangkan sekolah agama pelajaran yg di ajarkan PAI yaitu Fikih
Islam, SKI, Qurdist, Bahasa Arab, Khot Wal Imla, Tajwid, Akidah Akhlak dan dll.
Di daerahku masih kental dengan budaya magrib mengaji, menjelang magrib
aku mengaji di masjid Jami Darussalam sampai jam 9 malam, letaknya deket
alun-alun lebih jauh lagi dari sekolah agama, meskipun jarak belajar yang kami
tempuh cukup jauh kami tidak pernah mengeluh bahkan senang-senang saja kami
pergi ramai-ramai bersama teman-teman jalan kaki, saat itu belum ada kendaraan
umum kecuali beca dan dokar itupun kalo sore sudah tidak ada. Aku termasuk anak
aktif serba ingin tahu juga anak rajin belajar semua pelajaran ku senangi,
ketika aku hatam Alquran untuk pertama kali, orang tuaku tampak senang ia
membuat selametan dengan tumpeng dibawa ke tempat pengajian di masjid
Darussalam, saat itu di masjid ada 5 anak yang hatam Al-Quran jadi ada 5
tumpeng. setelah pembacaan tahlilan
(yasinan) kami semua makan-makan
merayakannya.
Hari pekan adalah hari paling dinanti
karena kami diperbolehkan nonton TV sepuasnya meskin pun TV layar hitam putih
chanelnya hanya ada TVRI sudah membuat kami bahagia, ada beberapa acara TV
faforitku yaitu Film si Unyil, Ria Jenaka, Album Minggu ini sore dikit Film ACI Aku Cinta Indonesia,
Namun malamnya kami sudah harus mempersiapkan untuk kegiatan esok. Ku sadari
betul ayahku disiplin dalam mendidik anak-anaknya, ayah ku ingin semua
anak-anaknya Cukup Cakap mandiri pandai membaca alquran dan bila beliau sudah
meninggal ada anak-anak yang mengirim doa untuknya, begitu kata ayahku.
Begitulah kenangan indah saat aku
kecil, kini orang tuaku telah tiada, beliau telah meninggalkan kami untuk
selamanya, memenuhi panggilan tuhan maha kuasa, orangtuaku inspirasiku
mengajarkan ketauladanan, orangtuaku simpulkan ketegasan, agar kami raih
kemenangan, orangtuaku telah mengantarkan kami menggapai cita-cita.
Tamat
Download Naskah Lela Anak Centeng dalam Antologi berjudul Jejak di Pasir Di bawah ini !!!!
Terimakasih atas kunjungannya, mohon doa' agar kami sekeluarga diberikan kesehatan dan blog ini terus berkembang serta berguna bagi semua orang. Memberi manfa'at baik di dunia maupun di akhirat.
Berbagi dengan Ikhlas, semoga menjadi amal jariah......
Jika informasi ini bermanfaat, Jangan lupa Share ya, Terima Kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatu
Untuk bergabung bersilaturahmi di WA GURU MI KAB.BOGOR silahkan KLIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar